Sebagaimana
telah diuraikan pada bagian pertama (Potensi Ekowisata Hutan Alam dan Hutan Ampupu, Emas Hijau Yang Belum Dipoles....), bahwa tegakan hutan Ampupu di Kajundara desa Kebesani diapit oleh
dua gunung yakni gunung Keli Ndati dan Keli Lepembusu (bahasa lokal : Keli = gunung). Mengapa disebut
Lepembusu?. Lepe berarti Pandangan
yang bebas (tinggi dan tanpa halangan), dan Mbusu
berarti menjulang atau menonjol. Itulah penyebutan masyarakat lokal bagi gunung
tertinggi di Flores ini, yang kira-kira bermakna demikian : Pemandangan yang bebas dapat kita nikmati
ketika berada di puncak yang menjulang tinggi ini.
Hamparan
kedua gunung ini diselimuti oleh tegakan Ampupu (hutan buatan) dan hutan alam
(hutan campuran). Semuanya berada dalam kelompok hutan Kemang Boleng (RTK.
122).
Oleh
pemerintah setempat, keberadaan potensi puncak gunung Lepembusu ini belum
pernah dilirik dan dikelola intensif. Semuanya seakan terpesona dengan keindahan
Danau Kelimutu dan melupakan potensi lainnya. Padahal gunung ini memiliki
beberapa keunggulan dan fungsi yang strategis, yakni :
Puncak Gunung Lepembusu dilihat dari dusun Wolopaku |
Pertama : Gunung Lepembusu Merupakan Gunung Tertinggi Ketiga di Pulau Flores setelah Gunung Abulobo dan Inerie .
Puncaknya
merupakan puncak tertinggi ketiga di pulau Flores dengan ketinggian 1.745 m dpl (dari permukaan laut). Jika gunung Abulobo dan gunung Inerie di Kabupaten Ngada merupakan gunung berapi aktif, maka gunung Lepembusu ini bukanlah gunung berapi. Gunung ini selalu diselimuti kabut tebal. Puncaknya selama ini hanya
dimanfaatkan oleh PT. Telkom dengan membangun menara Penerima dan Pemancar telekomunikasi
(Repiter/ site microwave). Hingga
saat ini, satu-satunya jalur jalan untuk mengakses ke Puncak Lepembusu (lokasi
microwave) ini hanya melalui dusun Mukureku yang bisa dilalui dengan kendaraan
roda empat.
Punggung
bukitnya yang memanjang dan menurun ke arah tegakan Ampupu Kajundara merupakan
potensi yang strategis untuk membangun jalur pendakian (tracking) dari hutan Ampupu Kajundara ke puncak Lepembusu. Ini
potensi ekowisata luar biasa yang menawarkan hamparan landscape yang mempesona. Fasilitas Ekowisata lain selain jalur
pendakian yang dapat dibangun disini berupa areal perkemahan kecil/ kemah individual
(camping), spot fotografi, Vila atau
bungalaow, Menara Pengamatan (Teropong), serta Flying fox menuju hutan Ampupu Kajundara.
Dari
puncak gunung ini, pandangan mata bisa melihat jauh hingga kabupaten Ngada dan
Nagekeo di barat dan Sikka di timurnya. Juga ke puncak gunung Kelimutu, hamparan
Mukureku, Detusoko, Nduaria, Moni, Detukeli, pantai utara dan pantai selatan
pulau Flores. Punggung gunung ini membentang dalam wilayah administrasi desa Kebesani,
desa Nggumbelaka, dan desa Wologai Tengah. Puncaknya yang sering tertutup
kabut, diselimuti oleh bentangan hutan alam yang masih padat tegakannya.
Kedua : Gunung Lepembusu Memberi Kehidupan Bagi
Masyarakat Yang Bermukim di Sekitarnya.
Disisi
selatan dan barat gunung ini, berdiam masyarakat dusun Wolopaku, Wologai, Faunaka, dan Detunabe. Di sisi utara
berdiam masyarakat dusun Nuapu dan Gaibhabha. Sedangkan di sisi timurnya
berdiam masyarakat dusun Mukureku. Dengan potensi air yang ada yang ditangkap
dan dialiri oleh gunung Lepembusu, iklim yang sejuk, serta kesuburan tanahnya,
masyarakat di kaki gunung ini menggantungkan kehidupannya dari bertani. Mereka
menanam berbagai jenis tanaman hortikultura, seperti sayuran (Labu Jepang/Labu Siam,
Labu Kuning (Labu Besi), Labu Putih (Uta Boda), Kentang, Wortel, Kubis (kol), Kacang
Panjang, dan Buncis. Jenis tanaman komoditi utama yang ditanam seperti Kopi dan
Cengkeh. Ada juga tanaman Haliah/Jahe baik jahe merah maupun jahe putih,
Kunyit, Lengkuas, Vanili, Lada, dan Merica yang ditanam di sela-sela tanaman
perdagangan. Potensi-potensi lokal ini layak untuk dijadikan lokasi Agrowisata
menunjang Hutan Wisata Kajundara.
Tanaman Kopi milik masyarakat dusun Wolopaku Desa Kebesani, dibawah kaki gunung Lepembusu |
Sayuran Labu Jepang yang dijual masyarakat yang hidup dibawah kaki gunung Lepembusu |
Ketiga : Gunung Lepembusu Merupakan Hulu Kali Wolowona, Loworea, Detusoko, Mukureku, Maurole, dan Detukeli.
Posisinya
yang berada tepat di tengah pulau Flores (baik dari sisi utara-selatan maupun
timur-barat), membuat keberadaan gunung ini sangat strategis bagi penyelamatan
Daerah Aliran Sungai. Beberapa sungai besar/kali berhulu pada puncak Lepembusu
ini. Kali itu yakni Kali Wolowona, kali Loworea, serta kali-kali kecil di
hamparan Detusoko, Mukureku, Maurole, dan Detukeli. Penyelamatan areal puncak
Lepembusu ini merupakan penyelamatan kehidupan masyarakat yang bernaung di
bagian hilirnya. Kegiatan rehabilitasi (Reboisasi) di areal puncak yang masih
terbuka penting dan strategis untuk dilakukan. Kegiatan ini dapat
dikombinasikan dengan pola agroforestry, agar masyarakat setempat mendapatkan
keuntungan secara ekonomis.
Itulah
peran strategis gunung Lepembusu, gunung tertinggi di pulau Flores. Potensi
Ekowisata yang menyatu dengan Hutan Wisata Kajundara, "Emas Hijau"
yang belum dipoles...... (Oleh : YR. Kota).