Aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman serba
guna. Tanaman jenis palma-palmaan daerah tropis ini basah ini dapat beradaptasi
baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga 1.400 m di atas
permukaan laut (dpl). Luas pertanaman aren di Indonesia menurut data di tahun
2002 adalah 47.730 hektar, terutama terdapat di Sumatera Utara, Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Tanaman ini belum dibudidayakan
secara intensif dan masih merupakan tanaman yang tumbuh liar baik di dalam
hutan maupun di lahan-lahan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan jenis tanaman
ini masih sebatas menggunakan teknologi yang minim.
Produk utama tanaman
aren adalah nira yang biasanya diolah menjadi gula aren dan tuak (arak),
kolang-kaling, ijuk, dan tepung. Setiap pohon aren dapat menghasilkan 15 liter
nira per hari dengan rendemen gula 12%. Selain nira, pohon ini juga
menghasilkan ijuk, yang rata-rata dihasilkan sebanyak 2 kg/pohon/tahun, dan
tepung sebanyak 40 kg/pohon/tahun bila tanaman tidak disadap niranya. Kayunya
dapat diolah menjadi meubel atau kerajinan tangan, seperti halnya kayu kelapa.
Demikian pula daunnya (tulang daunnya) untuk sapu lidi, tusuk sate, dan
sebagainya.
Budidaya Aren (Arenga pinnata)
Umumnya Aren belum
dibudidayakan secara intensif. Di alam, tanaman ini berkembang biak secara
alami dengan biji. Di beberapa daerah, Aren telah mulai dibudidayakan. Benih
diseleksi dari tanaman yang banyak menghasilkan nira karena varietas unggul Aren
belum tersedia.
Benih Aren memiliki masa
dormansi yang lama. Agar cepat berkecambah, benih direndam dalam air hangat
(suhu 50°C)
selama 3 menit, dan bagian yang lunak tempat keluarnya tunas dikikis. Benih
lalu disemai dalam bak kayu yang berisi pasir dengan ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Benih dibenamkan sedalam 5 cm secara mendatar dengan calon mata
tunas di bagian bawah. Jarak antar benih 5 x 5 cm. Setelah 40 hari, benih mulai
berkecambah. Kecambah tumbuh di bawah dan benih (biji) makin terangkat hingga
muncul ke permukaan pasir. Setelah 60 hari, bakal daun akan muncul dari lembaga
yang ada di dalam media. Jika daun sudah muncul di atas permukaan pasir, benih
telah siap dipindahkan ke polibag ukuran 5 kg.
Sebelum bibit dipindah,
polibag diisi campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan
1:1. Bibit ditanam dengan semua akar tertanam dalam media sehingga yang berada
di atas permukaan media hanya calon batang dan daun. Media tumbuh harus selalu
dijaga agar tetap basah, tetapi tidak menggenang agar aerasi tanah baik dan
akar berkembang optimal. Agar bibit tumbuh cepat perlu diberi pupuk urea dan
SP36 dengan takaran masing-masing 0,5 kg per polibag. Pupuk diberikan setiap 2
bulan dan takarannya sedikit demi sedikit ditingkatkan. Pembibitan diberi
naungan agar bibit tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah berumur 2
tahun, bibit siap di tanam di lapangan.
Aren mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap
intensitas cahaya yang rendah sehingga dapat berproduksi normal di bawah
naungan. Oleh karena itu, jika ditanam di lahan terbuka, bibit yang baru
ditanam diberi pelindung dari daun Aren atau anyaman bambu. Aren dapat pula ditanam
bersama tanaman kayu-kayuan yang berfungsi sebagai peneduh pada tahap awal
pertumbuhan Aren dan selanjutnya dipelihara secara terpadu.
Aren Sebagai Tanaman Konservasi dan Sumber Energi Alternatif
Karaktersitik Tanaman Aren
Tinggi batang tanaman
Aren berkisar antara 8-20 m sehingga untuk menyadap nira yang merupakan hasil
utamanya, diperlukan tangga. Tanaman ini berbunga setelah berumur 7-12 tahun.
Tandan bunga muncul dari setiap pelepah atau bekas pelepah daun, mulai dari
atas kira-kira seperempat dari pucuk ke arah bawah. Bunga pada tandan pertama
hingga kelima atau keenam adalah bunga betina, baru disusul bunga jantan yang
muncul secara bertahap hingga ke pangkal batang, atau 2-3 m di atas tanah.
Tandan bunga yang
disadap niranya adalah tandan bunga jantan. Jumlah tandan produktif hanya 4-6
tandan dengan masa sadap 2-3 bulan. Dengan demikian, masa sadap aren berkisar
8-18 bulan. Setelah itu bunga jantan masih keluar, tetapi kurang produktif.
Nira Aren mengandung gula yang tinggi (hingga 12%). Bila tidak diawetkan, nira
akan terfermentasi menjadi alkohol dan cuka.
Tanaman Aren akan mati 5
tahun setelah berbunga. Seluruh bunga betina akan masak dalam 1-3 tahun. Bunga
betina yang masih muda dapat diolah menjadi kolang-kaling. Dalam satu tandan,
buah masak tidak serempak. Bunga betina masak mengandung 2-3 biji dengan dengan
kulit yang keras. Jumlah biji yang dihasilkan bunga betina berkisar antara 5-8
ribu biji per-tandan.
Batang Aren dibungkus
oleh pelepah daun dan ijuk yang melekat pada pangkal pelepah. Ijuk dapat
dipanen setelah tanaman berumur 4 tahun dan terus dipanen hingga tanaman
berumur 8-10 tahun, bergantung jenis dan pertumbuhan tanaman. Batang berkulit
keras membungkus jaringan gabus yang mengandung pati. Kandungan pati mencapai
maksimum sebelum tanaman berbunga dan menurun drastis ketika tanaman disadap.
Panen pati dapat dilakukan jika tanaman tidak disadap.
Aren Sebagai Tanaman Konservasi
Selain menghasilkan nira, Aren dapat berfungsi sebagai
tanaman konservasi pada lahan miring (>30%) dengan populasi tanaman 100-200
pohon/hektar. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan, yaitu dapat 5m x
10m, atau 10m x 10m. Dari populasi tanaman per satuan luas, hanya 50% yang
produktif menghasilkan nira. Masa produktif tanaman Aren hanya 2-3 tahun.
Aren Sebagai Sumber Energi
Alternatif
Ketersediaan energi dari
bahan bakar fosil semakin menipis seiring pertambahan konsumsi bahan bakar
fosil dan semakin berkurangnya potensi bahan-bakar fosil dalam perut bumi.
Solusi untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan mengembangkan sumber energi alternatif
yang dapat diperbaharui, seperti bioetanol. Salah satu tanaman yang dapat
diandalkan sebagai sumber energi alternatif adalah Aren (Arenga pinnata), karena tanaman ini menghasilkan nira (sebagai
hasil utama) yang dapat diolah menjadi bioetanol. Setiap pohon Aren dapat
menghasilkan 15 liter nira per hari.
Nira dapat difermentasi
menjadi bioetanol. Untuk menghasilkan 1 liter bioetanol diperlukan 15 liter
nira. Bila setiap pohon Aren menghasilkan 15 liter nira per hari dan dalam satu
tahun nira dapat disadap selama 200 hari, maka produksi nira mencapai 3.000
liter/pohon/tahun. Dengan demikian setiap pohon dapat menghasilkan 200 liter
bioetanol per tahun. Bila populasi tanaman Aren tiap hektar 100 pohon dan hanya
10% yang diolah menjadi bioetanol, maka setiap tahun akan dihasilkan lebih dari
0,95 juta kiloliter bioetanol, atau 4,75 juta kiloliter dalam 5 tahun.
Dalam roadmap bahan bakar nabati, pada tahun
2015 Indonesia akan memerlukan bioetanol sebanyak 2,78 juta kiloliter. Ini
berarti kontribusi Aren dalam pemanfaatan bioetanol menjadi Gasohol E-10
mencapai 171%. Gasohol E-10 adalah campuran 10% bioetanol dan 90% premium.
Bilangan oktan etanol adalah 118, sedangkan bilangan oktan premium 88. Jadi
bilangan oktan Gasohol E-10 adalah (0,9 x 88) + (0,1 x 118), atau 91. Nilai
oktan Gasohol E-10 sebesar 91 ini hampir sama dengan Pertamax yang memiliki
nilai oktan 91,5.
Pengolahan Nira Menjadi Etanol
Proses pengolahan nira menjad etanol sama dengan
pengolahan pati atau selulosa menjadi etanol. Pengolahan bahan berpati (starchy biomass) atau berselulosa (cellulosic biomass) dapat menggunakan
cara enzimatis, namun untuk nira digunakan cara fermentasi. Diagram alir proses
fermentasi nira menjadi etanol 99,5% dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
========