Cari di Blog Ini :

Senin, 13 Februari 2017

Budidaya Aren (Arenga pinnata), Tanaman Hutan Yang Banyak Manfaatnya


Aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman serba guna. Tanaman jenis palma-palmaan daerah tropis ini basah ini dapat beradaptasi baik pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga 1.400 m di atas permukaan laut (dpl). Luas pertanaman aren di Indonesia menurut data di tahun 2002 adalah 47.730 hektar, terutama terdapat di Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Tanaman ini belum dibudidayakan secara intensif dan masih merupakan tanaman yang tumbuh liar baik di dalam hutan maupun di lahan-lahan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan jenis tanaman ini masih sebatas menggunakan teknologi yang minim.
Produk utama tanaman aren adalah nira yang biasanya diolah menjadi gula aren dan tuak (arak), kolang-kaling, ijuk, dan tepung. Setiap pohon aren dapat menghasilkan 15 liter nira per hari dengan rendemen gula 12%. Selain nira, pohon ini juga menghasilkan ijuk, yang rata-rata dihasilkan sebanyak 2 kg/pohon/tahun, dan tepung sebanyak 40 kg/pohon/tahun bila tanaman tidak disadap niranya. Kayunya dapat diolah menjadi meubel atau kerajinan tangan, seperti halnya kayu kelapa. Demikian pula daunnya (tulang daunnya) untuk sapu lidi, tusuk sate, dan sebagainya.

Budidaya Aren (Arenga pinnata)

Umumnya Aren belum dibudidayakan secara intensif. Di alam, tanaman ini berkembang biak secara alami dengan biji. Di beberapa daerah, Aren telah mulai dibudidayakan. Benih diseleksi dari tanaman yang banyak menghasilkan nira karena varietas unggul Aren belum tersedia.
Benih Aren memiliki masa dormansi yang lama. Agar cepat berkecambah, benih direndam dalam air hangat (suhu 50°C) selama 3 menit, dan bagian yang lunak tempat keluarnya tunas dikikis. Benih lalu disemai dalam bak kayu yang berisi pasir dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Benih dibenamkan sedalam 5 cm secara mendatar dengan calon mata tunas di bagian bawah. Jarak antar benih 5 x 5 cm. Setelah 40 hari, benih mulai berkecambah. Kecambah tumbuh di bawah dan benih (biji) makin terangkat hingga muncul ke permukaan pasir. Setelah 60 hari, bakal daun akan muncul dari lembaga yang ada di dalam media. Jika daun sudah muncul di atas permukaan pasir, benih telah siap dipindahkan ke polibag ukuran 5 kg.


Sebelum bibit dipindah, polibag diisi campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1. Bibit ditanam dengan semua akar tertanam dalam media sehingga yang berada di atas permukaan media hanya calon batang dan daun. Media tumbuh harus selalu dijaga agar tetap basah, tetapi tidak menggenang agar aerasi tanah baik dan akar berkembang optimal. Agar bibit tumbuh cepat perlu diberi pupuk urea dan SP36 dengan takaran masing-masing 0,5 kg per polibag. Pupuk diberikan setiap 2 bulan dan takarannya sedikit demi sedikit ditingkatkan. Pembibitan diberi naungan agar bibit tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah berumur 2 tahun, bibit siap di tanam di lapangan.
Aren mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap intensitas cahaya yang rendah sehingga dapat berproduksi normal di bawah naungan. Oleh karena itu, jika ditanam di lahan terbuka, bibit yang baru ditanam diberi pelindung dari daun Aren atau anyaman bambu. Aren dapat pula ditanam bersama tanaman kayu-kayuan yang berfungsi sebagai peneduh pada tahap awal pertumbuhan Aren dan selanjutnya dipelihara secara terpadu.




Aren Sebagai Tanaman Konservasi dan Sumber Energi Alternatif

Karaktersitik Tanaman Aren

Tinggi batang tanaman Aren berkisar antara 8-20 m sehingga untuk menyadap nira yang merupakan hasil utamanya, diperlukan tangga. Tanaman ini berbunga setelah berumur 7-12 tahun. Tandan bunga muncul dari setiap pelepah atau bekas pelepah daun, mulai dari atas kira-kira seperempat dari pucuk ke arah bawah. Bunga pada tandan pertama hingga kelima atau keenam adalah bunga betina, baru disusul bunga jantan yang muncul secara bertahap hingga ke pangkal batang, atau 2-3 m di atas tanah.
Tandan bunga yang disadap niranya adalah tandan bunga jantan. Jumlah tandan produktif hanya 4-6 tandan dengan masa sadap 2-3 bulan. Dengan demikian, masa sadap aren berkisar 8-18 bulan. Setelah itu bunga jantan masih keluar, tetapi kurang produktif. Nira Aren mengandung gula yang tinggi (hingga 12%). Bila tidak diawetkan, nira akan terfermentasi menjadi alkohol dan cuka.
Tanaman Aren akan mati 5 tahun setelah berbunga. Seluruh bunga betina akan masak dalam 1-3 tahun. Bunga betina yang masih muda dapat diolah menjadi kolang-kaling. Dalam satu tandan, buah masak tidak serempak. Bunga betina masak mengandung 2-3 biji dengan dengan kulit yang keras. Jumlah biji yang dihasilkan bunga betina berkisar antara 5-8 ribu biji per-tandan.
Batang Aren dibungkus oleh pelepah daun dan ijuk yang melekat pada pangkal pelepah. Ijuk dapat dipanen setelah tanaman berumur 4 tahun dan terus dipanen hingga tanaman berumur 8-10 tahun, bergantung jenis dan pertumbuhan tanaman. Batang berkulit keras membungkus jaringan gabus yang mengandung pati. Kandungan pati mencapai maksimum sebelum tanaman berbunga dan menurun drastis ketika tanaman disadap. Panen pati dapat dilakukan jika tanaman tidak disadap.

Aren Sebagai Tanaman Konservasi

Selain menghasilkan nira, Aren dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi pada lahan miring (>30%) dengan populasi tanaman 100-200 pohon/hektar. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan, yaitu dapat 5m x 10m, atau 10m x 10m. Dari populasi tanaman per satuan luas, hanya 50% yang produktif menghasilkan nira. Masa produktif tanaman Aren hanya 2-3 tahun.

Aren Sebagai Sumber Energi Alternatif
Ketersediaan energi dari bahan bakar fosil semakin menipis seiring pertambahan konsumsi bahan bakar fosil dan semakin berkurangnya potensi bahan-bakar fosil dalam perut bumi. Solusi untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan mengembangkan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui, seperti bioetanol. Salah satu tanaman yang dapat diandalkan sebagai sumber energi alternatif adalah Aren (Arenga pinnata), karena tanaman ini menghasilkan nira (sebagai hasil utama) yang dapat diolah menjadi bioetanol. Setiap pohon Aren dapat menghasilkan 15 liter nira per hari.


Nira dapat difermentasi menjadi bioetanol. Untuk menghasilkan 1 liter bioetanol diperlukan 15 liter nira. Bila setiap pohon Aren menghasilkan 15 liter nira per hari dan dalam satu tahun nira dapat disadap selama 200 hari, maka produksi nira mencapai 3.000 liter/pohon/tahun. Dengan demikian setiap pohon dapat menghasilkan 200 liter bioetanol per tahun. Bila populasi tanaman Aren tiap hektar 100 pohon dan hanya 10% yang diolah menjadi bioetanol, maka setiap tahun akan dihasilkan lebih dari 0,95 juta kiloliter bioetanol, atau 4,75 juta kiloliter dalam 5 tahun.
Dalam roadmap bahan bakar nabati, pada tahun 2015 Indonesia akan memerlukan bioetanol sebanyak 2,78 juta kiloliter. Ini berarti kontribusi Aren dalam pemanfaatan bioetanol menjadi Gasohol E-10 mencapai 171%. Gasohol E-10 adalah campuran 10% bioetanol dan 90% premium. Bilangan oktan etanol adalah 118, sedangkan bilangan oktan premium 88. Jadi bilangan oktan Gasohol E-10 adalah (0,9 x 88) + (0,1 x 118), atau 91. Nilai oktan Gasohol E-10 sebesar 91 ini hampir sama dengan Pertamax yang memiliki nilai oktan 91,5.

Pengolahan Nira Menjadi Etanol

Proses pengolahan nira menjad etanol sama dengan pengolahan pati atau selulosa menjadi etanol. Pengolahan bahan berpati (starchy biomass) atau berselulosa (cellulosic biomass) dapat menggunakan cara enzimatis, namun untuk nira digunakan cara fermentasi. Diagram alir proses fermentasi nira menjadi etanol 99,5% dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


========

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

wisdom for today..

wisdom for today..

Translate